Gedung Sate

Gedung Sate Bandung: Arsitektur Watitoto Unik dan Sejarah Kota

Setiap kali aku lewat Jalan Diponegoro, Bandung, entah kenapa hati rasanya tenang. Di antara deretan pohon rindang dan lalu lintas yang kadang macet, berdiri anggun satu bangunan legendaris: Gedung Sate. Ikonik. Khas. Megah. Dan pastinya penuh cerita.

Gedung ini bukan sekadar kantor pemerintahan biasa. Buat banyak orang, Gedung Sate itu simbol Bandung. Landmark. Penanda kota. Kalau kamu pernah lihat gambar tusukan sate di atapnya, ya, itu bukan hiasan iseng. Itu punya makna yang dalam. Dan di balik bentuk bangunannya yang unik, ada kisah sejarah panjang yang mengikat erat antara arsitektur, politik, dan semangat zaman.

Sejarah Pembangunan Gedung Sate

Gedung Sate

Kita mundur dulu ke awal abad ke-20. Tahun 1920-an, pemerintah Hindia Belanda berencana memindahkan ibu kota kolonial dari Batavia ke Bandung. Alasannya? Bandung dinilai lebih sejuk, strategis, dan mudah dikembangkan sebagai pusat pemerintahan modern.

Lalu dimulailah pembangunan sebuah kompleks gedung pemerintahan pusat. Salah satunya adalah Gedung Gouvernements Bedrijven (GB)—yang sekarang kita kenal sebagai Gedung Sate.

Pembangunan gedung ini dimulai pada 27 Juli 1920 dan selesai pada 1924. Proyek ini menyerap 2000-an pekerja lokal dan 150 mandor dari Tiongkok. Dalam prosesnya, pembangunan ini menjadi simbol kolonialisme modern tapi juga bukti keterlibatan rakyat lokal dalam sejarah arsitektur Indonesia.

Asal-usul Nama “Gedung Sate”

Nama “Gedung Sate” sebenarnya muncul belakangan. Julukan itu datang karena hiasan tusuk sate di atas menara tengah gedung, yang terdiri dari enam buah bola kecil menyerupai potongan sate.

Jumlahnya bukan sembarang angka. Enam tusukan itu melambangkan biaya pembangunan gedung pada masa itu, yaitu 6 juta Gulden. Jadi meskipun terdengar sederhana, desain ini menyimpan simbol finansial yang kuat.

Dan sejak itu, warga Bandung dan wisatawan watitoto lebih nyaman menyebutnya dengan nama “Gedung Sate.”

Gaya Arsitektur: Perpaduan Timur dan Barat

Hal yang paling bikin aku kagum setiap kali melihat Gedung Sate dari dekat adalah gaya arsitekturnya. Arsitek utama bangunan ini adalah J. Gerber, insinyur sipil Belanda. Tapi dia nggak kerja sendirian. Ia juga dibantu para arsitek pribumi yang memberi sentuhan budaya lokal.

Ciri Arsitektur:

  • Gaya Indo-Eropa Baru (Indo-European Architecture)
    Mencampurkan elemen arsitektur Barat seperti kolom tinggi dan simetri dengan bentuk atap dan ornamen lokal.

  • Pengaruh Candi dan Arsitektur Jawa
    Atapnya mengingatkan pada meru Bali dan candi Hindu-Jawa, dengan susunan bertingkat dan puncak menara seperti “meru tumpang.”

  • Tata Ruang Kolonial Modern
    Ruang terbuka, jendela besar untuk ventilasi alami, serta tata letak simetris untuk efisiensi dan estetika.

Menurutku, keunikan ini yang bikin GedungSate beda dari bangunan kolonial lainnya. Ia bukan sekadar “Belanda banget”, tapi punya ruh lokal.

Fungsi Gedung Sate dari Masa ke Masa

Awalnya, GedungSate adalah kantor Departemen Lalu Lintas dan Pekerjaan Umum Pemerintah Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka, fungsinya pun berubah.

Beberapa peran penting Gedung Sate sepanjang sejarah:

  • Kantor Departemen Pekerjaan Umum RI

  • Markas Sementara Tentara Sekutu (pasca-Perang Dunia II)

  • Kantor Gubernur Jawa Barat (sejak 1980-an hingga kini)

Jadi bisa dibilang, GedungSate bukan cuma bangunan indah—tapi pusat aktivitas politik dan administratif penting selama hampir satu abad.

Insiden Bersejarah: Serangan 3 Desember 1945

Kamu mungkin nggak tahu kalau Gedung Sate pernah jadi lokasi pertempuran. Pada tanggal 3 Desember 1945, pasukan Gurkha dari tentara Sekutu menyerbu gedung ini. Enam pegawai Departemen PU gugur mempertahankan bangunan ini.

Untuk mengenang jasa mereka, di halaman depan GedungSate berdiri tugu peringatan. Setiap tahun, upacara penghormatan digelar di sana.

Gedung Sate Hari Ini

Sekarang, Gedung Sate masih berfungsi sebagai kantor Gubernur Jawa Barat. Tapi lebih dari itu, ia juga jadi destinasi wisata sejarah dan edukasi.

Beberapa hal yang bisa kamu nikmati:

1. Museum Gedung Sate

Dibuka tahun 2017, museum ini pakai teknologi modern (AR/VR, mapping 3D) untuk menjelaskan sejarah dan arsitektur Gedung Sate. Cocok banget buat pelajar dan wisatawan.

2. Tur Arsitektur

Kamu bisa ikut tur keliling gedung, masuk ke beberapa ruangan tertentu, dan diajak mengenal cerita di balik desainnya.

3. Area Sekitar Gedung

Lapangan di depan Gedung Sate sering jadi tempat berkumpul warga—entah untuk olahraga, foto-foto, atau sekadar santai sore.

Gedung Sate dan Identitas Kota Bandung

Aku percaya, setiap kota butuh “ikon travel”. Paris punya Eiffel, New York punya Liberty, Jogja punya Tugu, dan Bandung punya GedungSate.

Kenapa ini penting?

  • Jadi penanda visual dan emosional warga

  • Menjadi pembeda identitas arsitektur

  • Mendorong wisata sejarah dan arsitektur

  • Sarana edukasi generasi muda

Setiap kali aku lihat foto Gedung Sate, rasanya kayak dipanggil pulang.

Tips Berkunjung ke GedungSate

Kalau kamu pengen ke sana, berikut tipsnya:

  • Datang pagi hari atau sore buat cuaca lebih adem

  • Gunakan transportasi umum atau parkir di area sekitar

  • Jangan lupa mampir ke museum di bagian timur gedung

  • Hormati aturan (karena ini masih kantor pemerintahan)

Kalau kamu beruntung, bisa ikutan acara terbuka atau bazar yang sering diadakan di pelatarannya.

Arsitektur Berkelanjutan dan Konservasi

Pemerintah Jawa Barat aktif menjaga dan merawat Gedung Sate. Renovasi dilakukan berkala tanpa mengubah bentuk aslinya. Bukan cuma demi estetika, tapi juga demi warisan sejarah.

Dan menurutku, ini contoh nyata bagaimana arsitektur lama bisa hidup berdampingan dengan kebutuhan modern. Bahkan gedung tua pun bisa jadi inspirasi desain masa depan.

Kunjungi juga: Danau Moraine: Danau Biru Berlatar Pegunungan Dingdongtogel

Author

More From Author

Hillpark Sibolangit

Hillpark Sibolangit: Taman Hiburan watitoto di Pegunungan

The Wave Arizona: 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Melihatnya

The Wave Arizona: Keajaiban Alam Watitoto yang Wajib Kamu Lihat Sekali Seumur Hidup