Soeprijadi adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, meskipun kisahnya relatif singkat dan misterius. Ia dikenal sebagai pemimpin pemberontakan pasukan PETA (Pembela Tanah Air) melawan tentara Jepang di Blitar pada tahun 1945. Aksi heroiknya menjadi simbol keberanian rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan, bahkan di tengah situasi penuh tekanan dan risiko besar. Meskipun akhir hidupnya tidak diketahui secara pasti, nama Soeprijadi tetap dikenang sebagai pejuang muda yang rela mengorbankan segalanya demi bangsa dan tanah air.
Masa Kecil dan Latar Belakang Pendidikan
Soeprijadi lahir pada tanggal 13 April 1923 di Trenggalek, Jawa Timur. Nama lengkapnya adalah Soeprijadi bin Koesoemo Sentiko. Ia berasal dari keluarga priyayi Jawa yang menjunjung tinggi nilai pendidikan dan kebangsaan. Semangat nasionalisme dalam keluarganya tumbuh subur sejak masa kebangkitan nasional, dan itu ikut memengaruhi pola pikirnya sejak kecil.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Soeprijadi melanjutkan ke Sekolah Menengah di Magelang. Ia lalu melanjutkan pendidikannya ke OSVIA (Opleidingsschool Voor Inlandsche Ambtenaren), yaitu sekolah calon pegawai negeri pribumi zaman Belanda. Namun, situasi politik berubah drastis saat Jepang datang menjajah Indonesia pada tahun 1942. Di masa pendudukan Jepang, Soeprijadi masuk sekolah militer PETA di Bogor, tempat ia dididik sebagai calon perwira.
PETA dan Situasi di Masa Pendudukan Jepang
Jepang mendirikan PETA pada tahun 1943 sebagai biografi pasukan pembantu yang bertugas menjaga keamanan dalam negeri dan membantu tentara Jepang. Para pemuda Indonesia direkrut dan dilatih untuk menjadi komandan dalam struktur militer Jepang. Secara tidak langsung, program ini membuka jalan bagi lahirnya banyak tokoh militer Indonesia setelah kemerdekaan.
Namun, di balik pelatihan militer itu, terdapat realitas pahit berupa perlakuan kejam dan penghinaan terhadap para prajurit PETA oleh tentara Jepang. Soeprijadi yang dikenal cerdas dan peka terhadap penderitaan rakyat tidak tinggal diam. Ia mulai menyadari bahwa Jepang hanya memanfaatkan pemuda Indonesia tanpa memberi mereka hak dan kehormatan sebagai manusia merdeka.
Pemberontakan PETA di Blitar
Ketika ditugaskan di Blitar sebagai komandan peleton PETA, Soeprijadi melihat langsung kekejaman militer Jepang terhadap rakyat sipil dan para pekerja romusha. Kondisi ini semakin memantik rasa kemanusiaan dan nasionalismenya. Ia kemudian menggalang kekuatan di antara rekan-rekan sesama perwira dan prajurit PETA untuk merencanakan pemberontakan.
Pemberontakan pecah pada tanggal 14 Februari 1945. Soeprijadi bersama ratusan anggota PETA menyerbu markas tentara Jepang di Blitar. Mereka menyerang dengan senjata terbatas, namun dengan semangat membara. Aksi ini merupakan pemberontakan bersenjata pertama terhadap Jepang yang dilakukan oleh pasukan pribumi. Walau akhirnya pemberontakan tersebut gagal karena tidak mendapat dukungan logistik yang cukup dan Jepang segera melakukan penindakan keras, aksi itu mengguncang kekuasaan Jepang dan menunjukkan bahwa rakyat Indonesia tidak sepenuhnya tunduk pada kekuasaan mereka.
Misteri Hilangnya Soeprijadi
Setelah pemberontakan, banyak pemimpin dan anggota PETA ditangkap dan dihukum mati oleh Jepang. Namun, nasib Soeprijadi tidak pernah benar-benar diketahui. Ia sempat dikabarkan melarikan diri ke hutan, berpindah dari satu daerah ke daerah lain. Banyak cerita beredar tentang tempat persembunyiannya, namun tak satu pun yang bisa dipastikan. Sampai kini, keberadaan atau kematiannya tetap menjadi misteri.
Ada dugaan bahwa ia terbunuh tak lama setelah pemberontakan, tetapi jasadnya tidak pernah ditemukan. Di sisi lain, ada pula cerita rakyat yang menyebut ia masih hidup bertahun-tahun setelahnya, menyamar dan berbaur dengan masyarakat. Namun, semua itu tidak bisa dikonfirmasi secara historis.
Karena ketidakpastian ini, pemerintah Indonesia secara resmi menyatakan Soeprijadi sebagai hilang dalam tugas dan tetap menghormatinya sebagai pahlawan bangsa.
Pengakuan Soeprijadi sebagai Pahlawan Nasional
Setelah kemerdekaan, kisah perjuangan Soeprijadi mendapat perhatian besar. Keberaniannya menjadi inspirasi bagi generasi muda bosjoko yang menyaksikan langsung masa perjuangan dan pasca-proklamasi. Pemerintah Republik Indonesia, melalui Keputusan Presiden Nomor 063/TK/1975, mengangkat Soeprijadi sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Nama Soeprijadi diabadikan sebagai nama jalan, sekolah, serta markas militer di berbagai tempat. Bahkan, ia sempat ditetapkan sebagai Menteri Keamanan Rakyat dalam kabinet awal Republik Indonesia, meski tidak pernah sempat menjalankan tugasnya karena tidak diketahui keberadaannya.
Nilai dan Inspirasi dari Perjuangannya Soeprijadi
Perjuangan Soeprijadi mencerminkan semangat sejati dari pemuda yang berani melawan ketidakadilan. Ia menunjukkan bahwa keberanian tidak selalu diukur dari hasil akhir, tetapi dari ketulusan dan tekad untuk bertindak meski tahu risiko sangat besar.
Sebagai pemuda berpendidikan, ia memanfaatkan ilmunya untuk membangkitkan kesadaran rekan-rekannya dan menolak menjadi alat penjajah. Ia bukan tokoh politik atau pemimpin partai, namun aksinya berdampak kuat dalam menyuarakan perlawanan bersenjata. Ini menjadikan dirinya sebagai ikon gerakan moral dan militer di masa penjajahan Jepang.
Sikap rela berkorban dan pantang menyerah dari Soeprijadi juga menjadi simbol penting dalam pendidikan karakter bangsa. Ia adalah contoh bahwa perlawanan tidak selalu membutuhkan kekuatan besar, melainkan keberanian moral yang kokoh dan kesediaan untuk mengambil risiko demi masa depan bangsa.
Kesimpulan
Soeprijadi adalah salah satu tokoh paling berani dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Aksinya dalam memimpin pemberontakan PETA di Blitar merupakan titik balik yang menunjukkan bahwa Jepang tidak akan bisa menundukkan semangat kebebasan bangsa Indonesia.
Walau usianya masih sangat muda dan perjuangannya tidak berlangsung lama, Soeprijadi telah mengukir namanya dalam sejarah bangsa sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang berani melawan penindasan. Misteri tentang hidup atau matinya tidak mengurangi makna dari pengorbanannya. Justru, ketidakhadirannya secara fisik memperkuat nilai simbolisnya sebagai pejuang abadi.
Generasi muda Indonesia diharapkan bisa terus menggali inspirasi dari semangat dan keberanian Soeprijadi, serta menjadikannya sebagai panutan dalam membela keadilan, kemerdekaan, dan kedaulatan bangsa di masa kini dan masa depan.
Tokoh terlupakan lainnya: Raden Panji Sosrokartono: Pejuang dan Saudara Kartini