Nami Island

Nami Island: Surga Mini di Korea Selatan yang Punya Cerita Baru

Jakarta, decology.com – Jika kamu pernah menyaksikan drama legendaris Winter Sonata, kemungkinan besar kamu sudah pernah “mengunjungi” Nami Island… setidaknya lewat layar kaca. Pulau mungil di Chuncheon ini punya magnet aneh: sederhana tapi memesona, kecil tapi tak pernah membosankan.

Bagi warga Korea, Nami Island adalah tempat melarikan diri dari hiruk-pikuk Seoul. Cuma butuh waktu 1,5–2 jam perjalanan dari ibu kota, dan kamu akan tiba di sebuah dunia yang terasa seperti film: jalanan dipenuhi pohon berbaris rapi, burung liar yang tak takut manusia, anak-anak tertawa di bawah daun-daun merah musim gugur, dan aroma sosis panggang yang menggoda di tiap sudut.

Kesan pertama tentang Nami? Romantis. Tapi bukan romantis yang murahan. Ada keheningan di sela-sela pepohonan yang membuatmu ingin jalan kaki pelan-pelan. Ada kedamaian yang tidak kamu temukan di tempat wisata ramai lainnya.

Saat saya mengunjungi Nami di awal musim semi, saya sempat duduk di bangku kayu dekat danau. Di sebelah saya, ada pasangan lansia lokal yang saling menyuapi odeng hangat. “Kami dulu kencan pertama di sini tahun 1986,” katanya sambil tertawa. Momen seperti itu membuat saya sadar: Nami bukan sekadar destinasi—ia adalah ruang nostalgia bagi banyak orang.

Sejarah Singkat Pulau Kecil yang Jadi Ikon Besar

Nami Island

Nami Island—atau dalam bahasa Korea disebut Namiseom—adalah pulau berbentuk setengah bulan di tengah Sungai Bukhan. Tapi yang menarik, pulau ini bukan hasil alami sepenuhnya. Ia terbentuk setelah pembangunan Bendungan Cheongpyeong di tahun 1944 yang menyebabkan sebagian dataran rendah terendam dan terpisah dari daratan.

Namanya sendiri berasal dari Jenderal Nami, seorang tokoh militer Dinasti Joseon yang dihukum mati karena tuduhan makar, meski tak pernah terbukti bersalah. Legenda mengatakan bahwa makamnya ada di pulau ini, dan hingga kini banyak pengunjung masih menyempatkan diri mampir ke lokasi makam simbolisnya.

Pada 1960-an, pulau ini hanyalah tanah kosong dengan sedikit pepohonan. Tapi seiring waktu, keluarga pengelola swasta melakukan reboisasi besar-besaran, menanam ribuan pohon metasequoia dan gingko yang kini menjadi ikon utama Nami Island.

Uniknya, Nami Island mendeklarasikan diri sebagai negara imajiner bernama “Naminara Republic” dengan paspor sendiri untuk para wisatawan. Meski tentu saja tak resmi, ide ini memberikan sentuhan unik yang membuat turis betah dan merasa seperti sedang memasuki dunia lain.

Aktivitas dan Spot Instagramable yang Bikin Nami Tak Pernah Sepi

Jangan tertipu oleh ukurannya yang kecil—Nami Island menyimpan segudang aktivitas dan sudut menarik yang bisa membuatmu betah seharian.

1. Metasequoia Lane

Barisan pohon metasequoia ini adalah ikon utama Nami. Di musim semi dan panas, daunnya hijau terang. Di musim gugur, berubah jadi merah-kuning menyala. Dan saat musim salju? Hening dan magis.

Jalan ini adalah spot paling banyak difoto di Nami. Tapi jangan hanya lewat dan selfie. Cobalah duduk di bangku kayunya selama beberapa menit. Rasakan bagaimana suasana di sekelilingmu berubah perlahan—angin, suara burung, atau anak kecil yang berlarian.

2. Bersepeda Keliling Pulau

Di dekat gerbang utama, tersedia penyewaan sepeda—baik single maupun tandem. Rutenya santai dan dikelilingi pohon rindang. Cocok buat yang ingin menikmati Nami tanpa buru-buru.

3. Museum dan Galeri Mini

Ada beberapa galeri seni dan ruang pameran kecil di Nami. Salah satunya adalah Song Museum, yang menyimpan memorabilia musik dari berbagai era. Kalau kamu pencinta seni visual atau hanya ingin istirahat sejenak dari udara luar, tempat-tempat ini wajib disinggahi.

4. Taman Bermain dan Zona Anak

Buat yang datang bersama anak-anak, ada banyak taman bermain terbuka, zona edukatif, bahkan area interaksi dengan hewan seperti merpati, tupai, dan bebek liar yang tidak takut manusia.

5. Kafe dan Kedai Tradisional

Nami juga terkenal dengan kuliner khasnya. Salah satu yang legendaris adalah “Hotteok” (pancake manis isi brown sugar & kacang). Jangan lupa juga cicipi sosis panggang jumbo ala Nami yang selalu antri di sore hari.

Waktu Terbaik Berkunjung dan Tips Bertahan di Tengah Keramaian

Mau tahu rahasia menikmati Nami Island tanpa terganggu keramaian?

Musim Terbaik:

  • Musim Gugur (Oktober–November): Warna daun jadi lukisan hidup. Wajib datang, tapi pastikan siap dengan jaket hangat.

  • Musim Semi (April–Mei): Saat bunga mulai bermekaran dan suhu sangat bersahabat.

  • Musim Dingin (Desember–Februari): Untuk kamu pemburu salju dan suasana ala drama Korea klasik.

  • Musim Panas (Juni–Agustus): Hijau dan rindang, tapi agak lembap. Cocok untuk piknik keluarga.

Tips Bertahan:

  1. Datang lebih pagi (sekitar pukul 09.00) untuk menghindari antrean ferry dan keramaian rombongan tur.

  2. Gunakan sepatu nyaman. Meski kecil, kamu bisa jalan kaki 7.000 langkah dengan mudah di Nami.

  3. Bawa camilan atau air minum sendiri, karena harga di dalam pulau bisa lebih mahal.

  4. Pilih weekday jika tidak ingin terlalu ramai.

  5. Unduh peta digital sebelum masuk, agar tahu arah dan tidak nyasar.

Meski ramai, suasana Nami cenderung tetap tenang karena pengelola sangat menjaga kebersihan, tata suara, dan tidak membiarkan kendaraan bermotor masuk area utama pulau.

Cara Menuju ke Nami Island dan Etika Wisata yang Perlu Diingat

Cara Termudah ke Nami Island:

  1. Naik ITX (Kereta Cepat) dari Yongsan atau Cheongnyangni Station menuju Gapyeong Station (sekitar 1,5 jam).

  2. Dari Gapyeong Station, naik shuttle bus atau taksi sekitar 10–15 menit ke Pelabuhan Nami.

  3. Lanjutkan dengan ferry (sekitar 5 menit) atau zip-wire untuk yang suka tantangan (lebih mahal, tapi seru!).

Alternatif lainnya, banyak juga tour dari Seoul yang menawarkan paket sehari ke Nami + tempat lain seperti Garden of Morning Calm dan Petite France.

Etika Wisata:

  • Jangan merusak tanaman atau mengambil daun/bunga.

  • Dilarang memberi makan berlebihan kepada hewan liar.

  • Jaga volume suara agar tidak mengganggu suasana tenang.

  • Buang sampah di tempat yang disediakan (yang tersebar rapi di banyak titik).

Pulau ini punya energi damai yang terasa kental. Menjaga etika saat berkunjung adalah bentuk penghormatan terhadap ruang dan pengunjung lainnya.

Penutup: Nami Island, Tempat yang Selalu Memberi Alasan untuk Kembali

Tidak semua destinasi punya kekuatan untuk membuat kita ingin kembali. Tapi Nami Island punya daya tarik itu. Mungkin karena ritme hidup di sana terasa lambat. Mungkin karena suasananya selalu berubah sesuai musim. Atau mungkin, karena Nami tahu caranya membuat orang jatuh cinta tanpa alasan rasional.

Pulau ini bukan hanya tempat wisata. Ia adalah pelarian, ruang jeda, sekaligus cermin tentang bagaimana hal-hal sederhana bisa membawa ketenangan luar biasa.

Dan bagi siapa pun yang pernah melangkahkan kaki di jalur metasequoia itu, Nami bukan lagi sekadar nama. Ia jadi kenangan. Dan seperti semua kenangan indah, ia pantas untuk dikunjungi lagi.

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Travel

Baca Juga Artikel dari: Danau Kakaban: Keindahan Danau Bosjoko Penuh Ubur-Ubur

Author

More From Author

Danau Kakaban

Danau Kakaban: Keindahan Danau Penuh Ubur-Ubur

Setu Babakan Betawi

Setu Babakan Betawi: Oase Budaya di Tengah Jakarta