Bagindo Azizchan adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena keberaniannya dalam memperjuangkan kemerdekaan, khususnya di Sumatera Barat. Sebagai Wali Kota Padang kedua, ia memainkan peran penting dalam mempertahankan kota dari agresi Belanda setelah Proklamasi Kemerdekaan.
Keberanian dan dedikasinya dalam mempertahankan Indonesia menjadikannya salah satu tokoh utama dalam perjuangan kemerdekaan di Sumatera Barat. Meskipun usianya masih muda, ia memiliki kepemimpinan yang kuat, nasionalisme yang tinggi, dan tekad yang tidak tergoyahkan dalam melawan penjajah.
Masa Kecil dan Pendidikan Bagindo Azizchan
Bagindo Azizchan lahir pada 30 September 1910 di Padang, Sumatera Barat. Ia tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat Minangkabau dan Islam, yang membentuk karakter kepemimpinan serta kecintaannya terhadap tanah air.
Sejak kecil, ia dikenal sebagai anak yang cerdas dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Padang, ia melanjutkan ke sekolah menengah dan mulai aktif dalam berbagai kegiatan organisasi pemuda.
Pendidikannya tidak hanya membentuk wawasan intelektualnya, tetapi juga membangkitkan semangat juangnya untuk melawan penjajahan. Ia banyak membaca tentang perjuangan kemerdekaan di berbagai negara dan mulai bergabung dengan gerakan nasionalis yang menentang kolonialisme Belanda.
Peran Bagindo Azizchan dalam Perjuangan Kemerdekaan
1. Aktif dalam Organisasi Pergerakan Nasional
Sebagai biografi pemuda yang nasionalis, Bagindo Azizchan aktif dalam berbagai organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) dan mulai membangun jaringan dengan para pejuang kemerdekaan lainnya.
Melalui organisasi ini, ia terlibat dalam berbagai kegiatan politik dan aksi perlawanan terhadap kebijakan kolonial Belanda.
2. Menjadi Wali Kota Padang dan Memimpin Perlawanan Rakyat
Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia masih menghadapi ancaman dari Belanda yang berusaha merebut kembali kekuasaannya. Pada saat itu, Padang menjadi salah satu kota yang strategis bagi perlawanan rakyat di Sumatera Barat.
Pada 15 Agustus 1946, Bagindo Azizchan diangkat menjadi Wali Kota Padang. Saat itu, ia baru berusia 36 tahun, menjadikannya salah satu wali kota termuda di Indonesia.
Sebagai wali kota, ia memiliki tanggung jawab besar dalam mengorganisasi perlawanan rakyat terhadap Belanda. Ia bekerja keras untuk memastikan bahwa Padang tetap berada dalam kendali Republik Indonesia dan tidak jatuh ke tangan penjajah.
3. Menolak Ultimatum Belanda dan Memilih Bertempur
Pada masa jabatannya, Belanda mencoba mengambil alih kota Padang dengan memberikan ultimatum kepada rakyat untuk menyerah. Namun, Bagindo Azizchan dengan tegas menolak ultimatum tersebut dan memilih untuk bertempur mempertahankan kemerdekaan.
Keputusan ini menunjukkan keberaniannya sebagai pemimpin yang lebih memilih berjuang bersama rakyat daripada tunduk pada penjajah.
4. Memimpin Pasukan Gerilya di Padang
Setelah menolak ultimatum Belanda, Bagindo Azizchan bersama pasukan gerilyanya melakukan perlawanan goltogel sengit di berbagai wilayah Padang. Ia mengorganisasi rakyat untuk mempertahankan kota, melakukan serangan mendadak terhadap pasukan Belanda, dan membangun strategi perang gerilya yang efektif.
Meskipun kekuatan pasukan Indonesia saat itu masih terbatas dibandingkan dengan Belanda, keberanian dan strategi yang diterapkan oleh Bagindo Azizchan berhasil memperlambat pergerakan pasukan Belanda dan memberikan perlawanan yang berarti.
Gugurnya Bagindo Azizchan dalam Perjuangan
Perjuangan Bagindo Azizchan akhirnya harus berakhir tragis pada 19 Juli 1947. Pada hari itu, pasukan Belanda melancarkan serangan besar-besaran ke Padang dan menargetkan para pemimpin perlawanan.
Dalam pertempuran tersebut, Bagindo Azizchan gugur di tangan pasukan Belanda, tetapi semangat perjuangannya tetap hidup di hati rakyat Padang dan seluruh Indonesia.
Meskipun ia telah tiada, perjuangannya tidak sia-sia. Perlawanan rakyat yang ia bangun terus berlanjut hingga akhirnya Belanda benar-benar meninggalkan Indonesia.
Fakta Menarik tentang Bagindo Azizchan
- Menjadi Wali Kota Padang dalam usia 36 tahun, menjadikannya salah satu wali kota termuda dalam sejarah Indonesia.
- Menolak ultimatum Belanda dan lebih memilih bertempur daripada menyerah.
- Memimpin pasukan gerilya rakyat dalam mempertahankan Padang dari agresi Belanda.
- Gugur dalam pertempuran pada 19 Juli 1947, tetapi semangatnya tetap dikenang sebagai pahlawan kemerdekaan.
Warisan Bagindo Azizchan bagi Indonesia
Sebagai seorang pemimpin dan pejuang, Bagindo Azizchan meninggalkan banyak warisan yang berharga bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi masyarakat Sumatera Barat.
- Menjadi simbol perlawanan rakyat Padang terhadap penjajahan.
- Namanya diabadikan sebagai nama jalan utama di berbagai kota di Indonesia.
- Dikenang sebagai salah satu pahlawan nasional yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan.
- Jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Padang.
Kesimpulan
Bagindo Azizchan adalah pahlawan nasional Indonesia yang berjuang hingga titik darah penghabisan dalam mempertahankan kemerdekaan. Sebagai Wali Kota Padang, ia tidak hanya memimpin administrasi pemerintahan, tetapi juga turun langsung ke medan perang untuk melawan Belanda.
Keberanian dan dedikasinya dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan di Sumatera Barat. Meskipun ia gugur dalam pertempuran, semangat dan perjuangannya tetap hidup dalam ingatan rakyat Indonesia.
Sama sama berjuang untuk Indonesia: Untung Suropati: Pahlawan dari Jawa Timur