Petak Sembilan

Petak Sembilan: Menyelami Jonitogel dan Sejarah Tionghoa

Hari itu, matahari belum sepenuhnya terik saat saya melangkah ke dalam gang sempit yang disebut warga lokal sebagai Petak Sembilan. Lokasinya? Di kawasan Glodok, Jakarta Barat—pusat pecinan yang katanya, menyimpan sejarah dan rasa dalam satu tarikan napas.

Bau hio dari kelenteng berpadu dengan aroma bakso goreng dan kopi hitam. Deretan toko tua menjual angpau, dupa, jamu China, dan… iPhone second. Aneh? Justru itu daya tariknya.

Petak Sembilan bukan satu tempat khusus, tapi lebih ke labirin kehidupan: jalanan kecil, gang-gang yang saling terhubung, dan aktivitas warga Tionghoa yang masih mempertahankan tradisi, meski dikepung gempuran mal dan modernisasi.

Jejak Sejarah Panjang di Setiap Sudut Gang

Petak Sembilan

Nama “Petak Sembilan” berasal dari pembagian petak tanah di masa kolonial Belanda, yang digunakan untuk pemukiman etnis Tionghoa. Petak-petak ini berkembang jadi kawasan perdagangan dan budaya yang kini kita kenal sebagai Pecinan Glodok.

Landmark yang Wajib Kamu Kunjungi:

  • Kelenteng Dharma Bhakti (Jin De Yuan)
    Dibangun tahun 1650 oleh Laksamana Tjie Tjien, kelenteng ini adalah yang tertua di Jakarta. Atmosfernya magis, penuh simbol spiritual dan arsitektur khas Fujian.

  • Gedung Chandra
    Salah satu pusat belanja yang dulu legendaris sebagai ‘mal’ era 80-an, kini bertransformasi jadi tempat nostalgia yang unik.

  • Apotek Tiong Hwa
    Berdiri sejak sebelum kemerdekaan, tempat ini menjual jamu dan obat-obatan tradisional Cina dengan label beraksara Mandarin.

  • Gang Gloria
    Nama yang familiar? Benar. Di sinilah warung legendaris seperti Kopi Es Tak Kie dan Kedai Soto Betawi Ma’ruf bercokol.

“Setiap bangunan di Petak Sembilan seperti sedang membisikkan cerita,” kata Pak David, warga keturunan Tionghoa generasi ketiga yang saya temui di toko kelontongnya. “Cuma yang pelan jalannya yang bisa dengar.”

Wisata Kuliner Petak Sembilan: Surga di Balik Gang

Kalau kamu food hunter, Petak Sembilan adalah tanah suci.

Mulai dari makanan halal hingga non-halal, dari yang bisa langsung disantap hingga kudapan yang harus dibawa pulang, semuanya ada. Bahkan, beberapa menu cuma bisa kamu temui di sini.

Kuliner Wajib Coba:

  • Kopi Es Tak Kie
    Berdiri sejak 1927, ini bukan sekadar kopi. Ini ritual. Campuran robusta dan arabika, disajikan dingin, cocok untuk udara Jakarta yang gerah.

  • Bakso Goreng Akwang
    Garing di luar, juicy di dalam. Dijual per biji, tapi percaya deh, satu gak akan cukup.

  • Sio May Asli Gang Gloria
    Beda dari siomay Bandung. Teksturnya lebih padat, dan sausnya khas banget.

  • Rujak Shanghai
    Rujak dengan potongan ubur-ubur, gurita, dan cumi-cumi. Disiram saus cuka manis asam. Unik, dan surprisingly segar.

  • Kue Ku Merah, Pia, dan Onde-onde Kacang Hijau
    Dijual oleh tante-tante di depan rumah. Rasanya nostalgia.

Bonus: Banyak makanan dijual tanpa nama toko. Tapi kamu akan tahu kamu datang ke tempat yang tepat dari panjangnya antrean 😄

Tradisi Hidup: Ritual, Perayaan, dan Identitas yang Tak Lekang

Petak Sembilan bukan cuma hidup di siang hari. Di waktu-waktu tertentu, tempat ini menjelma jadi panggung budaya Tionghoa yang hidup dan penuh warna.

Beberapa Momen Istimewa:

  • Imlek dan Cap Go Meh
    Kelenteng penuh hio, tarian barongsai di gang sempit, lentera merah tergantung di langit-langit jalan. Rasanya seperti masuk film Wong Kar-Wai.

  • Festival Peh Cun (Perahu Naga)
    Tak hanya di sungai, warga setempat tetap menjaga ritual ini meski dalam bentuk sederhana: lempar telor, bagi-bagi bacang, dan doa bersama.

  • Ceng Beng (Qingming Festival)
    Saat warga membersihkan makam leluhur dan menyalakan dupa. Hening, tapi sarat makna.

Yang menarik, warga lokal di sini hidup berdampingan dalam harmoni—Tionghoa, Betawi, Jawa, semua punya peran. Ini Indonesia dalam skala mikro.

Tips Eksplorasi Petak Sembilan ala Traveler Cerdas

Petak Sembilan

Kalau kamu baru pertama kali ke Petak Sembilan, jangan asal ngikut Google Maps. Area jonitogel labirin—tapi justru itu serunya. Berikut beberapa tips:

Waktu Terbaik:

  • Pagi (08.00–10.30): makanan masih fresh, belum ramai

  • Sore menjelang malam (16.00–18.30): pencahayaan natural cocok buat foto street vibe

Mode Eksplorasi:

  • Jalan kaki! Bawa sandal/sepatu nyaman

  • Jangan takut masuk gang kecil, justru hidden gem banyak di situ

  • Sapa orang lokal—mereka ramah dan suka cerita

Spot Foto Favorit:

  • Depan gerbang kelenteng Dharma Bhakti

  • Lorong-lorong dengan lentera merah

  • Gerobak makanan tua dengan neon signage Mandarin

Kisaran Harga:

  • Street food: Rp 10.000–35.000

  • Kopi: Rp 18.000–25.000

  • Camilan oleh-oleh: Rp 5.000–15.000/buah

Penutup: Petak Sembilan Adalah Jakarta yang Jarang Diceritakan

Petak Sembilan adalah bukti bahwa Jakarta tidak selalu tentang gedung tinggi dan mall. Ada sisi lain yang lebih tua dari kota itu sendiri, lebih hidup dari kebisingan jalanan, dan lebih jujur dalam menyambut siapa saja yang datang.

Di gang-gang kecil yang bau hio dan aroma pangsit bertemu, kamu bisa menemukan sesuatu yang jarang ditawarkan oleh wisata modern: kehangatan tanpa basa-basi.

Jadi, kapan kamu terakhir kali jalan kaki tanpa peta dan membiarkan hidung serta hati yang menuntun?

Baca Juga Artikel dari: Bukit Sikunir, Nikmati Golden Sunrise Dieng Bersama Jonitogel

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Travel

Author

More From Author

Bukit Sikunir

Bukit Sikunir, Nikmati Golden Sunrise Dieng Bersama Jonitogel

Havana Vieja

Havana Vieja: Menyusuri Keindahan Sejarah Tak Lekang Waktu