Tan Malaka

Tan Malaka: Sang Revolusioner Indonesia yang Terlupakan

Pendahuluan

Tan Malaka, nama besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, kerap luput dari sorotan utama sejarah resmi. Namun pemikirannya tentang nasionalisme dan sosialisme masih relevan hingga kini. Artikel ini membahas secara mendalam biografi, perjuangan, dan warisan TanMalaka—diformat.

Keluarga minta jasad Tan Malaka dikubur di TMP Kalibata - BBC News Indonesia

Sejarah Singkat Kehidupan Tan Malaka

Tan Malaka lahir dengan nama Muhammad Malaka pada 2 Juni 1897 di Sukabumi, Jawa Barat. Menempuh pendidikan di Sarjana Hukum Belanda, ia semakin menguatkan pemikiran politiknya melalui interaksi dengan gerakan sosialis Eropa.

Pendidikan dan Awal Aktivisme

  • 1915–1921: Kuliah di Rechts Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta.

  • Bergabung dengan organisasi pergerakan pertama, Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV), yang kemudian menjadi Partai Komunis Hindia Belanda (PKHB).

Masa Pengasingan dan Pergerakan Internasional

  • 1922–1927: Diasingkan oleh Belanda; berpindah-pindah ke Eropa dan Sovyet untuk memperdalam ideologi Marxisme.

  • 1927: Dipecat dari Komintern karena pandangan independen tentang revolusi di Hindia Belanda.

Kembali ke Tanah Air dan Puncak Perjuangan

  • 1942–1945: Menyusun “Naar de Republiek Indonesia” untuk menegaskan cita-cita republik merdeka.

  • 1945–1949: Bergiat dalam perlawanan bersenjata dan diplomasi; gugur pada 21 Februari 1949 di Selopampang, Jawa Timur.

 Pemikiran dan Warisan Tan Malaka

  1. Nasionalisme Proletar

    • Menggabungkan semangat nasionalisme dengan kesejahteraan sosial bagi kaum buruh dan tani.

  2. Revolusi Terpimpin

    • Menolak model revolusi kaku ala Uni Soviet; menekankan kondisi lokal sebagai kunci sukses gerakan.

  3. Tulisan Monumental

    • Buku: Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) masih dijadikan referensi intelektual.

 Mengapa Tan Malaka Relevan di Era Kini?

  • Kesepadanan Sosial: Pandangannya tentang keadilan sosial menjadi rujukan diskusi ketimpangan ekonomi.

  • Kedaulatan Rakyat: Menekankan pentingnya rakyat sebagai subjek, bukan objek, pembangunan negara.

  • Model Kepemimpinan: Kepemimpinan karismatiknya Travel dapat menjadi cermin bagi pemimpin masa depan yang berpijak pada basis massa.

 Referensi

  1. Soedjatmoko. Malaka: Bandung Lautan Api dan Jejak-jejaknya. Jakarta: Mizan.

  2. Kahin, George McTurnan. Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca: Cornell University Press.

  3. Artikel “Tan Malaka” di Ensiklopedia Nasional Indonesia.

  4. Dokumen Digital Madilog, Perpustakaan Nasional RI.

Baca Juga Artikel Menarik Lainnya >> Mascara Esenses – Bulu Mata Lentik dan Dramatis dalam Sekejap

Author

More From Author

Times Square

Times Square: Lampu, Kehidupan, dan Keajaiban Kota New York

Rhine Falls

Rhine Falls: Air Terjun Terbesar di Eropa bersama dingdongtogel